MBA Kami dari FEB UGM



Faculty of Economics and Business
Universitas Gadjah Mada
Jl. Sosio Humaniora No.01, Bulaksumur, Yogyakarta 55281, Indonesia

"Batik Lukis Basu SD" adalah Buku Pertamaku Terkait Ekonomi Kreatif

"Batik Lukis Basu SD" adalah Buku Pertamaku Terkait Ekonomi Kreatif
"Batik Lukis Basu SD" adalah Buku Pertamaku Terkait Ekonomi Kreatif

Model Marissa Haque Ikang Fawzi, Foto by Elis Anis, Batik Cantik Prof.Dr. Basu Swastha Sharmmeta,

Model Marissa Haque Ikang Fawzi, Foto by Elis Anis, Batik Cantik Prof.Dr. Basu Swastha Sharmmeta,
Model Marissa Haque Ikang Fawzi, Foto by Elis Anis, Batik Cantik Prof.Dr. Basu Swastha Sharmmeta, FEB UGM, Location at Majis UIN Yogyakarta, August 2011.

Leaflet Launching Pameran Tunggal Batik Lukis Basu SD (Marissa Haque & Meta Thereskova)

Leaflet Launching Pameran Tunggal Batik Lukis Basu SD (Marissa Haque & Meta Thereskova)
Leaflet Launching Pameran Tunggal Batik Lukis Basu SD (Marissa Haque & Meta Thereskova)

Rabu, 02 Januari 2013

Marissa Haque (MES): Perbankan Syariah Telah Berkembang

EKONOMI

Marissa Haque: Perbankan Syariah Telah Berkembang

Oleh: Astri Agustina
Ekonomi - Minggu, 9 Desember 2012 | 13:40 WIB







Marissa Haque - inilah.com
INILAH, Bandung - Ketua Departemen Sosialisasi dan Komunikasi PP Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Marisa Haque mengatakan perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang cukup baik.

Hal tersebut dilihat dari beberapa faktor yakni keberadaan perbankan syariah di Indonesia benar-benar merupakan aspirasi rakyat dan
mendapat dukungan ulama yang menghendaki adanya sistem perbankan yang sesuai dengan syariah dan dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional.

“Perbankan syariah ini baik untuk masyarakat karena sesuai dengan syariat yang diajarkan oleh agama. Maka dari itu para ulama menghendaki sistem perbankan sesuai syariah,” ujar Marisa saat ditemui di Bank Indonesia, Jalan Braga, Kota Bandung, Minggu (9/12/2012).

Selain itu desain Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang telah dirumuskan oleh Bank Indonesia, kata Marisa, telah pula memasukkan
perbankan syariah sebagai bagian integral dari sistem perbankan nasional.

Upaya sinkronisasi kebijakan pengembangan perbankan syariah dengan kebijakan perbankan nasional sangat penting dilakukan tidak hanya untuk kepentingan sistem perbankan namun lebih luas menjangkau sistem keuangan. “Selain itu, cetak biru pengembangan perbankan syariah 2005 hingga 2015, yang sedang dirumuskan oleh Bank Indonesia sebagai acuan bagi Bank Indonesia khususnya stakeholder perbankan syariah pada umumnya dalam mengembangkan industri syariah nasional,” jelasnya.

Marisa juga menjelaskan mengenai perspektif ekonomi Islam dalam level makro. Kerangka umum syariah dalam kegiatan ekonomi yang ditopang oleh tiga pilar utama memberikan implikasi yakni harta dalam ekonomi syariah memiliki peran yang efektif dalam memfasilitasi kegiatan investasi, perdagangan, dan peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat.

Ekonomi syariah, sambung Marisa, menekankan kebersamaan dalam memperoleh manfaat (economics
sharing). Dan esensi pembatasan bentuk ransaksi yang mengandung maysir melarang lembaga untuk terlibat dalam transaksi keuangan yang tidak memiliki kaitan yang jelas dengan sektor riil.

“Orientasi kegiatan perdagangan dan investasi dalam perbankan syariah ini ditujukan pada hal-hal yang halal dan thayyib. Juga produk-produk keuangan atau perbankan yang disusun mencitrakan tujuan ekonomi syariah yang telah ditetepkan,” tandasnya.[jul]


Sumber: http://www.inilahkoran.com/read/detail/1935744/marissa-haque-perbankan-syariah-telah-berkembang

Selasa, 02 Oktober 2012

Basu Swastha Dharmmestha: Making Batik and Marketing It (dalam Marissa Haque Ikang Fawzi)

Sumber: http://www.thejakartapost.com/news/2012/10/03/basu-swastha-dharmmestha-making-batik-and-marketing-it.html

(JP/Slamet Susanto) 
(JP/Slamet Susanto)

Professors of economics with marketing expertise can be found at various universities, but economists engaged in the art of batik painting are rare. Among the few is Basu Swastha Dharmmestha.

Combining marketing and art is what the man with an MBA who is a marketing lecturer at Gadjah Mada University (UGM) in Yogyakarta has been doing.

Having learned to draw during childhood, in his high school years Basu also practiced batik painting while apprenticed with Javanese dance maestro and batik artist Bagong Kussudiardjo in his workshop in Yogyakarta.

Basu continued to paint with his first work, Burung Hantu (Owl), produced in 1968, followed by Keburukan vs Kebaikan (Evil vs Virtue, 1973), Ikan (Fish, 1980) and Dua Prajurit Pandawa (Two Pandava Soldiers, 1985).

From 1985 to 2010, Basu went on hiatus from painting to focus on teaching.

“In 2010, I visited an exhibition at the Jogja Expo Center (JEC). I was given a canvas to paint. Since then I’ve started batik painting again,” he said. Now with his hundreds of batik works, Basu hopes that through pictures, batik — already recognized by UNESCO as a world heritage item — will become even more popular around the world.

The demise of batik figures in Yogyakarta such as Bambang Utoro, Bagong Kussudiardjo and Amri Yahya has further motivated him. “I want to keep learning and painting to succeed the batik specialists, especially after the passing of Amri Yahya,” said Basu.

Basu avoids being trapped in certain batik design schools. His paintings constitute a blend of contemporary, naturalistic and abstract elements, all in a decorative style.

Through batik images, Basu also wishes to convey a message of peace. His fish motifs, for instance, depict the dynamic sea animals’ ability to adapt rapidly.

“Conflict is unnecessary. Adapting ourselves to current conditions and the world is something beautiful. It’s the philosophy of my fish patterns,” said the father of four.

Apart from fish, Basu also has adopted many wayang (shadow puppet) characters, particularly the Pandava brothers of the Hindu epic Mahabharata. With their lofty values, wayang figures are also seen as compatible with the science of marketing.

“We should identify our consumers. Europeans are fond of ethnic objects and wayang designs are ethnic in nature,” he said. Without a doubt, his wayang canvases are being collected by his overseas friends and foreign tourists.

“Such works will further globalize batik while communicating the noble values of wayang and the high integrity of the Pandavas as models of excellent conduct,” he said.

Basu shares his artistic talent with his family, related by blood to the late distinguished choreographer and batik painter Bagong Kussudiardjo.

To mark his return to the art world, Basu held a solo exhibition at the Koesnadi Hardjasumantri Cultural Center at UGM recently, displaying 54 works from 1968 to 2012 under the theme “The awakening of batik painting to make the world worth living”.

A book, Batik Lukis Basu SD (Batik Paintings of Basu SD), written by artists Marissa Haque and Meta Ayu Thereskova, was also launched at the event.

“I’m very interested in his work and feel grateful for participating in the efforts of Basu Swastha, an economist who combines marketing science and art,” Marissa said.

Today, the professor divides his time between teaching and art. “I have my family’s support. After retirement I’m going to be focusing on the art of batik painting and make batik even more famous the world over,” he said.

"
"Basu Swastha Dharmmestha: Making Batik and Marketing It (dalam Marissa Haque Ikang Fawzi)"

Senin, 01 Oktober 2012

Basu S.D. Pamerkan Lukisan Batik: dalam Marissa Haque Fawzi

Tanggal Posting 2012-09-26 15:03:33

Basu S.D. Pamerkan Lukisan Batik  

Sumber: http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4951

Pakar pemasaran UGM, Prof. Dr. Basu Swastha Dharmmestha, M.B.A., menggelar pameran tunggal lukisan batik bertajuk 'Kebangkitan Melukis Batik untuk Memayu Hayuning Bawana'. Dalam pameran yang digelar selama lima hari, 26-30 September 2012, di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) UGM ditampilkan 54 lukisan batik karya Basu S.D. dalam rentang tahun 1968-2012. Beberapa lukisan batik menggambarkan wayang, merak, ikan, dan prajurit.


Basu S.D. mengatakan pameran kali ini diselenggarakan sebagai upaya melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai tradisi untuk memperkuat jati diri bangsa. Penetapan batik sebagai warisan budaya bangsa Indonesia oleh PBB pada 2011 silam semakin menambah semangat Basu untuk lebih berperan dalam pelestarian dan pengembangan batik, bahkan meningkatkan citra batik Indonesia di kalangan internasional.


Kegemaran melukis Basu bukanlah sesuatu yang baru. Ia mulai belajar melukis pada pelukis ternama, almarhum Bagong Kusudiharjo, pada 1986. Sementara pelajaran membatik didapat dari sang ibu dan nenek. Lukisan pertamanya berjudul 'Burung Hantu' dibuat pada tahun 1968. Selanjutnya, 'Keburukan vs Kebaikan' (1973), Ikan (1980), dan Dua Prajurit Pandawa (1985). Karena kesibukan sebagai akademisi, Basu rehat melukis selama 25 tahun. Baru pada 2010 ia mulai menekuni kembali hobi melukis hingga saat ini. Ditambahkan Basu bahwa ide menyelenggarakan pameran tunggal telah muncul setahun silam yang menargetkan memamerkan 100 lukisan. Karena keterbatasan waktu dan kesibukan utama sebagai akademisi menjadikan target tersebut belum dapat terealisasi.


Sementara itu, Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., dalam sambutannya menyampaikan pada 20 Oktober mendatang UGM akan mendeklarasikan diri membuka panggung PKKH UGM untuk seluruh lapisan masyarakat seniman di Yogyakarta dan daerah lainnya di Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan amanat dalam Statuta UGM yang menyebutkan UGM selain sebagai balai pendidikan juga balai kebudayaan. “Kami ucapkan selamat dan pameran lukis batik ini melengkapi semangat UGM dalam memperkuat komitmen UGM sebagai balai kebudayaan,” tuturnya.


Di samping menggelar pameran tunggal, dalam kesempatan tersebut Basu S.D. juga meluncurkan buku berjudul 'Ilmu Pemasaran dalam Seni Batik Lukis'. Buku lain yang juga diluncurkan dalam kesempatan itu adalah 'Batik Lukis Basu S.D.' yang ditulis oleh Marissa Haque dan Meta Ayu Thereskova. Buku tersebut dipersembahkan khusus untuk sang pelukis. (Humas UGM/Ika)

"Basu S.D. Pamerkan Lukisan Batik: dalam Marissa Haque Fawzi"

A News from UGM Yogyakarta: The Jakarta Post (in Marissa Haque Fawzi)

Actress and former Indonesian Democratic Party of Struggle (PDI-P) politician Marissa Haque wants to register with the National Mandate Party (PAN) in her efforts to seek a political ticket to return to the House of Representatives.

“The making of my membership card with PAN is in process,” she said while attending a batik expo at Gadjah Mada University on Wednesday.

Marissa admitted that her heart was with the PDI-P but she decided to join PAN to be closer to her family as her husband Ikang Fawzi had previously joined the party. She said many parties, including the Golkar Party and the Democratic Party, had said they would welcome her but that she had made a decision to join PAN. Asked why she wanted to return to politics, she said Indonesia was ruled by political parties and that “[if] we want to do something for the nation, we have to join these parties”.

She said if she won a legislative seat in 2014, she would join a House commission to help develop the creative economy or monitor law enforcement.

Sumber: http://www.thejakartapost.com/news/2012/09/27/actress-marissa-seeks-return.html

"A News from UGM Yogyakarta: The Jakarta Post (in Marissa Haque Fawzi)"

Kamis, 20 September 2012

Ikang Fawzi: De Green, Tempat Berbelanja Terbesar di Tambun (Bekasi)

De Green, Tempat Berbelanja Terbesar di Tambun

By redaksi - Fri Aug 31, 1:50 pm
  • Konsep Tata Niaga Terpadu

BANGUN RUKO: 
Rocker Ikang Fawzi berfoto didepan gerbang ruko yang bakal dibangun oleh PT Surya Sakti Bumi Persada

TAMBUN SELATAN – Persaingan properti di Kabupaten Bekasi melirik banyak investor. Kali ini, penyanyi rock gaek Ikang Fauzi ikut ramaikan persaingan bisnis properti di wilayah Mangunjaya, Tambun Selatan. Dengan mengusung konsep rumah toko (ruko) dan menata perniagaan yang ada di kawasan Tambun Selatan, suami dari Marisa Haque ini berencana membangun 180 ruko dengan perusahaan PT Surya Sakti Bumi Persada.

“Ada sekitar 180 unit ruko yang kami tawarkan. Keberadaan ruko ini nantinya akan menjadi pusat perbelanjaan terbesar di Tambun Selatan,” jelas Ikang Fauzi yang juga menjabat sebagai direksi PT Surya Sakti Bumi Persada.

Dijelaskan, kawasan perniagaan yang diberi nama De Green ini nantinya bukan semata-mata menjadi tempat perbelanjaan. Berbagai fasilitas seperti tempat menonton juga akan disiapkan. Tidak hanya itu, semua pedagang nantinya bisa berkumpul di ruko ini untuk menjajakan dagangannya. De Green berusaha untuk memanjakan masyarakat agar tidak perlu jauh-jauh berbelanja atau berwisata.
”Orang nanti datang kesini bisa sendiri-sendiri dan bisa menentukan meeting point di salah satu tempat makan yang ada disini. Ini semua kami konsep sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” tambah penyanyi senior ini.

Untuk harga yang ditawarkan De Green tidak terlalu mahal. Konsumen hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp300 jutaan untuk mendapatkan satu unit ruko. Harga tersebut cukup murah dibandingkan harga ruko lainnya di wilayah Tambun. Sebab Ikang sendiri mengaku keberadaan De Green sendiri tidak semata-mata jualan properti, melainkan ingin ikut membuat trand market di kawasan Bekasi.

Tag line kami nantinya, kalau dengan Rp300 jutaan bisa beli ruko, kenapa mesti beli rumah. Itu artinya harga yang kami tawarkan sangat menarik karena seharga rumah yang ada di Bekasi,” imbuh Ikang yang gemar mengenakan kacamata hitam ini.

De Green akan dibuka 29 September mendatang. Ia menargetkan, launching perdana mampu menjual sekitar 40 unit ruko. Sementara pembangunan kawasan tata niaga yang diklaim terbesar di wilayah Tambun ini direncanakan selesai dalam waktu empat sampai lima tahap pembangunan.

”Saya optimis waktu launching nanti 40 ruko habis terjual. Sebab seluruh infrastruktur awal sebagai penopang ruko sudah kami bangun dan sudah bisa digunakan,” tegasnya. (MOT)

Jumat, 14 September 2012

Ingin Menulis Kasih Seorang Ayah Seperti Prof. Lucky Sondakh: Marissa Haque Fawzi


Prof. Lucky Sondakh is a Good Father

Sumber: http://nyata.co.id/2012/09/angelina-sondakh-semua-saya-pasrahkan-kepada-allah/

Lucky Sondakh terlihat begitu serius menyaksikan jalannya persidangan pertama sang putri. Sambil mengeluarkan BlackBerry miliknya, dia berjejer bersama para juru foto dan kamera, mengabadikan proses persidangan. Saat Angie menjadi tahanan KPK, Lucky jugalah yang paling sering datang untuk bertemu dan memberi dukungan.

“Selama saya masih bisa bermain golf (sehat, red), pasti saya akan datang menemui Angie. Ini yang sekarang bisa saya lakukan untuk dia (Angie,red),” ucap mantan Rektor Sam Ratulangi, Manado, itu dengan suara lirih.

Menerima kenyataan anaknya menjadi pesakitan, Lucky bertekat tidak akan membiarkan kesedihannya mengerogoti kehidupannya. “Untuk menghadapai badai, jangan sampai kesedihan mendominasi pikiran sehat kita. Pikiran sehat kita yang harusnya mendominasi kesedihan itu,” tegasnya.

Lucky ingin menunjukan perannya sebagai ayah yang bertanggung jawab dan menjadi pahlawan bagi keluarganya. Namun tidak dalam bentuk pembelaan dan menganggap anaknya berada dalam posisi yang benar. “Saya harus jadi a good citizen and a responsible father. A father is a hero for his family. Saya tidak mau membela anak saya dan tidak menurut hukum. Saya membela anak saya, tapi dengan cara memberikan semangat, menghargai jaksa, peran hakim, karena saya bukan hakim, saya hanya bisa ngajar orangnya,” ungkapnya.

Malam hari sebelum persidangan perdananya, Angie minta mama dan papanya berdoa untuknya. Lucky dan istri pun menuruti kemauan sang putri. “Karena saya Kristen, yah saya berdoa menurut agama saya. Dia berdoa menurut agama dia. Kita adakan doa di rumah dan di ruangannya, di Pondok Bambu. Saya berdoa agar dia diberi kekuatan dan ketegaran menjalani semuanya,” kata Lucky.

Every decision has it risk, semuanya ada resiko, politik ada resikonya dan ini adalah salah satu resiko itu. Sejak awal saya selalu bilang pada Angie. Apapun hasil penyidikan hasilnya harus dilalui,” tandas Lucky, bijak. (yugo)

Beruntung Angelina Sondakh Punya Seorang Ayah Baik Lucky Sondakh

MBA Kami dari FEB UGM



Faculty of Economics and Business
Universitas Gadjah Mada
Jl. Sosio Humaniora No.01, Bulaksumur, Yogyakarta 55281, Indonesia

Kreatif dalam Upaya Mencapai Panjang Usia (Marissa Haque Ikang Fawzi).jpg

Kreatif dalam Upaya Mencapai Panjang Usia (Marissa Haque Ikang Fawzi).jpg
Kreatif dalam Upaya Mencapai Panjang Usia (Marissa Haque Ikang Fawzi).jpg